Malam ini, selepas jalan bersama
kawan lama. saya memeriksa handphone dan ternyata ada 3 pesan yang masuk. Kubuka satu
persatu pesan itu dan ternyata semua berasal dari teman sejak kecilku
berinisial “na”. Pesan itu bertuliskan “ jun dmno, jun ak nak brsan blah dak”
Setelah kubaca, aku langsung tahu maksud pesan itu. Boleh dibilang pesan serupa
juga sering kuterima dari dia, yang maksudnya sama sehingga aku dapat
menyimpulkan demikian. “Na” bermaksud untuk meminjam/meminta uang lagi padaku
dan dalam kebimbangan, keraguan dan ketidakjelasan aku putuskan untuk membantu
dia lagi. Dia berujar kalau dia butuh uang sebesar 30 ribu tapi aku hanya
menyanggupi untuk membantu sebesar 15 ribu saja.
Pertemuan dengan “Na”
Kami pun sepakat untuk bertemu
didekat rumah saya. Tiba saatnya untuk bertemu dia memberi tahu via sms kalau
dia sudah dekat rumahku. akupun bergegas menuju lokasi yang sudah disepakati.
Sesampainya disana dia langsung ngomong terus terang perihal maksud dan
tujuannya itu. akupun berbalik bertanya untuk apa uang tersebut sembari
mengatakan bahwa alasan yang diberikan dia itu sungguh klasik, dia beralasan
kalau hal ini disebabkan karena dia butuh uang untuk mengganti bahan bakar
kendaraan yang dia gunakan sedangkan dia tidak puya uang.memang sulit
mempercayainya karena alasan yang dia berikan selalu samu setiap mau “berasan”.
Dengan sedikit berat hati aku mempercayainya dan memberikan uang sebesar 15
ribu pada dia.
Bukan yang pertama
Kejadian itu bukan yang pertama
kali. Dia sudah beberapa kali mengirimkan pesan yang serupa dengan maksud untuk
meminjam/meminta uang padaku. Awalnya aku langsung percaya karena memang dia
adalah teman yang cukup akrab padaku ditambah lagi dia selama ini belum bekerja
walaupun dia sudah cukup lama menamatkan sekolahnya. Tidak ada sedikit pun
kecurigaan padanya karena aku rasa memang dia sangat membutuhkan uang itu.
Selang beberapa minggu sejak kejadian pertama, dia menghubungiku kembali dengan
maksud yang serupa. Akupun masih tidak menaruh kecurigaan padanya. Namun,
semenjak permintaan ketiganya datang yang selang beberapa minggu kemudian
dengan cara dan maksud yang sama timbul sedikit kecurigaan kalau saya hanya dia
manfaatkan aku untuk memperoleh uang secara gratis.ah sudahlah.. kucoba untuk
menipis pikiran negatif sejauh-jauhnya. Kejadian tersebut berulang terus
seperti yang aku jelaskan sebelumnya.
Ketidakjelasan
Aku sebenarya hanya ingin minta
kejelasan dari “na”. Maksud dari dia berkata “berasan” yang ia gunakan dalam
pesan singkanya itu apa? Apakah dia meminjam atau hanya sekadar meminta saja
uang itu. aku butuh kejelasan agar memberikan kebaikan untuk kedua belah pihak.
Jika yang dia maksud adalah meminjam, maka konsekuensiya dia harus membayar
atas apa yangs sudah dia pinjam itu dan harus memberikan kepastian kapan akan
membayarnya,ingatlah kalau janji adalah utang, utang tersebut akan ditagih
sampai hari akhir jika yang bersangkutan tidak membayarnya di dunia ini. Bagi
saya sendiri masih terus kepikiran mengapa dia belum membayar hutangnya dan
kadang kala timbul pikiran negatif tentang dia, sungguh hal ini sangat
mengnggangu hati saya. Beda posisinya kalau dia sudah dari awal menyatakan
kalau “berasan” yang dia maksud adalah meminta, tentu bagi saya ini tidak akan
menjadi beban pikiran, dan saya cukup mempertimbangkan kemampuan saya untuk
membantu. Dan bagi dia juga enak karena tidak harus membayarnya. sebagai
seorang teman, apalagi dia adalah teman sejak kecil saya, saya pasti sangat
mempertimbangkan untuk membantu teman yang sedang kesusahan. Dia cukup
menjelaskan keadaanya dan untuk apa uang itu. Jikalau dia jujur apa adanya saya
pasti tidak akan tega untuk tidak membantunya dan jika perlu saya rela untuk
meminjam pada teman saya untuk membantunya terlebuh dahulu.
Sebuah fenomena
Sejenak aku berpikir balik,
terlintas kalau ternyata saat ini saya sudah menjadi “bank” bagi beberapa teman-teman saya. Saya mencoba
meninventarisir semua ingatan saya terkait fenomena ini, ah ternyata benar
sekali, paling tidak sudah ada 7 teman saya melakukan hal yang hampir sama
seperti na yaitu “na”, “de”, “id”, “li”, “ba”, “ad”, “fe”. Dari 7 itu ternyata
4 orang atau lebih dari 50% lupa atau
bahkan tidak mempunyai niat untuk membayar utangnya.
Mereka semua adalah teman akrabku
bahkan “id” adalah sepupu saya sendiri. Saya masih ingat jelas saat-saat mereka
ingin mengutarakan maksudnya untuk meminjam uang. Mereka memohon dengan
sungguh-sungguh kalau mereka membutuhkannya dan berjanji akan segera
membayaranya. Tapi setelah sekian lama aku menunggu, ternyata tetap tidak ada
kejelasan dari mereka.tidak sama sekali mengungkit janji-janji mereka seakan
mereka lupa kewajiban yang harus mereka penuhi. Aku tidak habis pikir orang
seperti mereka yang begitu mudahnya melupakan utangnya ataukah mereka berpikir
kalau aku itu memberikan uang itu secara cuma-cuma dan menganggap aku sudah
tidak membutuhkan uang itu lagi. Sepertinya mereka lupa kalau aku ini adalah
seorang yang tidaklah kaya, bapaknya hanya seorang penarik becak. Dengan
berkaca hal itu tentulah aku juga sangat membutuhkan uang itu. Aku diam bukan
berarti aku melupakan. Apakah aku harus bertindak tidak sopan dengan secara
terang-terangan menagih utang kepada mereka? Ah...itu bukanlah sifatku, dan aku
tidak bakalan tega untuk melakukannya.
Ada Tujuan Negatif
Apakah aku akan berdosa jika aku
meminjamkan uangku yang akan digunakan untuk keperluan maksiat? Itulah yang
kupikirkan saat aku meminjamkan uang pada “na” dan “id”. Mengapa demikian? Ah
tidak aku perlu aku jelaskan tapi itulah yang sebenarnya aku rasakan. Semua
perasaan itu muncul saat dua orang itu mengutarakan maksudnya dan disandingkan
dengan apa yang aku dengar dan aku lihat sendiri tentang mereka selama ini.
Kebodohankah?
Apakah aku bodoh melakukan hal
yang sama berulang kali padahal aku tahu dia tidak akan membayarnya? Aku selalu
berpikiran seperti itu. Hampir-hampir sudah kubulatkan tekad untuk tidak mau
membantu mereka lagi. Namun semua berubah saat mereka sedang ngomong langsung
perihal maksud mereka. Hati ini jadi luluh dan tidak tega kalau sampai tidak
membantu mereka. Sejujurnya aku belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan atas apa
yang mereka lakukan padaku, sekuat apapun aku mecoba, perasaan itu selalu
muncul dengan mengganggu hati ini. Aku berharap apa yang mereka semua katakan
tentang maksud dan tujuan peminjaman itu adalah benar dan uang itu digunakan
sebagaimana mestinya dan memang jika tidak ada kemampuan membayar alangkah
baiknya untuk ngomong langsung ke saya
supaya semuanya menjadi lebih jelas dan baik untuk kedua belah pihak. Saya berharap saya tidaklah dipermainkan oleh
mereka yang hanya memanfaatkan ketidaksanggupanku untuk menagih hutang-hutang
itu.
Meminjam uang itu memang cara
termudah untuk mendapatkan uang tapi jangan lupa kewajiban untuk membayarnya.
Sangatlah tidak nyaman menjadi seorang yang hutangnya tidak dibayar dan aku
merasakan semua itu, dan aku tidak ingin lagi melihat orang-orang yang dengan
mudahnya melupakan hutang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar