Selasa, 24 September 2013

Fenomena Apa ini?

Malam ini, selepas jalan bersama kawan lama. saya memeriksa handphone dan  ternyata ada 3 pesan yang masuk. Kubuka satu persatu pesan itu dan ternyata semua berasal dari teman sejak kecilku berinisial “na”. Pesan itu bertuliskan “ jun dmno, jun ak nak brsan blah dak” Setelah kubaca, aku langsung tahu maksud pesan itu. Boleh dibilang pesan serupa juga sering kuterima dari dia, yang maksudnya sama sehingga aku dapat menyimpulkan demikian. “Na” bermaksud untuk meminjam/meminta uang lagi padaku dan dalam kebimbangan, keraguan dan ketidakjelasan aku putuskan untuk membantu dia lagi. Dia berujar kalau dia butuh uang sebesar 30 ribu tapi aku hanya menyanggupi untuk membantu sebesar 15 ribu saja.

Pertemuan dengan “Na”
Kami pun sepakat untuk bertemu didekat rumah saya. Tiba saatnya untuk bertemu dia memberi tahu via sms kalau dia sudah dekat rumahku. akupun bergegas menuju lokasi yang sudah disepakati. Sesampainya disana dia langsung ngomong terus terang perihal maksud dan tujuannya itu. akupun berbalik bertanya untuk apa uang tersebut sembari mengatakan bahwa alasan yang diberikan dia itu sungguh klasik, dia beralasan kalau hal ini disebabkan karena dia butuh uang untuk mengganti bahan bakar kendaraan yang dia gunakan sedangkan dia tidak puya uang.memang sulit mempercayainya karena alasan yang dia berikan selalu samu setiap mau “berasan”. Dengan sedikit berat hati aku mempercayainya dan memberikan uang sebesar 15 ribu pada dia.

Bukan yang pertama
Kejadian itu bukan yang pertama kali. Dia sudah beberapa kali mengirimkan pesan yang serupa dengan maksud untuk meminjam/meminta uang padaku. Awalnya aku langsung percaya karena memang dia adalah teman yang cukup akrab padaku ditambah lagi dia selama ini belum bekerja walaupun dia sudah cukup lama menamatkan sekolahnya. Tidak ada sedikit pun kecurigaan padanya karena aku rasa memang dia sangat membutuhkan uang itu. Selang beberapa minggu sejak kejadian pertama, dia menghubungiku kembali dengan maksud yang serupa. Akupun masih tidak menaruh kecurigaan padanya. Namun, semenjak permintaan ketiganya datang yang selang beberapa minggu kemudian dengan cara dan maksud yang sama timbul sedikit kecurigaan kalau saya hanya dia manfaatkan aku untuk memperoleh uang secara gratis.ah sudahlah.. kucoba untuk menipis pikiran negatif sejauh-jauhnya. Kejadian tersebut berulang terus seperti yang aku jelaskan sebelumnya.

Ketidakjelasan
Aku sebenarya hanya ingin minta kejelasan dari “na”. Maksud dari dia berkata “berasan” yang ia gunakan dalam pesan singkanya itu apa? Apakah dia meminjam atau hanya sekadar meminta saja uang itu. aku butuh kejelasan agar memberikan kebaikan untuk kedua belah pihak. Jika yang dia maksud adalah meminjam, maka konsekuensiya dia harus membayar atas apa yangs sudah dia pinjam itu dan harus memberikan kepastian kapan akan membayarnya,ingatlah kalau janji adalah utang, utang tersebut akan ditagih sampai hari akhir jika yang bersangkutan tidak membayarnya di dunia ini. Bagi saya sendiri masih terus kepikiran mengapa dia belum membayar hutangnya dan kadang kala timbul pikiran negatif tentang dia, sungguh hal ini sangat mengnggangu hati saya. Beda posisinya kalau dia sudah dari awal menyatakan kalau “berasan” yang dia maksud adalah meminta, tentu bagi saya ini tidak akan menjadi beban pikiran, dan saya cukup mempertimbangkan kemampuan saya untuk membantu. Dan bagi dia juga enak karena tidak harus membayarnya. sebagai seorang teman, apalagi dia adalah teman sejak kecil saya, saya pasti sangat mempertimbangkan untuk membantu teman yang sedang kesusahan. Dia cukup menjelaskan keadaanya dan untuk apa uang itu. Jikalau dia jujur apa adanya saya pasti tidak akan tega untuk tidak membantunya dan jika perlu saya rela untuk meminjam pada teman saya untuk membantunya terlebuh dahulu.

Sebuah fenomena
Sejenak aku berpikir balik, terlintas kalau ternyata saat ini saya sudah menjadi “bank” bagi  beberapa teman-teman saya. Saya mencoba meninventarisir semua ingatan saya terkait fenomena ini, ah ternyata benar sekali, paling tidak sudah ada 7 teman saya melakukan hal yang hampir sama seperti na yaitu “na”, “de”, “id”, “li”, “ba”, “ad”, “fe”. Dari 7 itu ternyata 4 orang atau lebih dari 50%  lupa atau bahkan tidak mempunyai niat untuk membayar utangnya.
Mereka semua adalah teman akrabku bahkan “id” adalah sepupu saya sendiri. Saya masih ingat jelas saat-saat mereka ingin mengutarakan maksudnya untuk meminjam uang. Mereka memohon dengan sungguh-sungguh kalau mereka membutuhkannya dan berjanji akan segera membayaranya. Tapi setelah sekian lama aku menunggu, ternyata tetap tidak ada kejelasan dari mereka.tidak sama sekali mengungkit janji-janji mereka seakan mereka lupa kewajiban yang harus mereka penuhi. Aku tidak habis pikir orang seperti mereka yang begitu mudahnya melupakan utangnya ataukah mereka berpikir kalau aku itu memberikan uang itu secara cuma-cuma dan menganggap aku sudah tidak membutuhkan uang itu lagi. Sepertinya mereka lupa kalau aku ini adalah seorang yang tidaklah kaya, bapaknya hanya seorang penarik becak. Dengan berkaca hal itu tentulah aku juga sangat membutuhkan uang itu. Aku diam bukan berarti aku melupakan. Apakah aku harus bertindak tidak sopan dengan secara terang-terangan menagih utang kepada mereka? Ah...itu bukanlah sifatku, dan aku tidak bakalan tega untuk melakukannya.

Ada Tujuan Negatif
Apakah aku akan berdosa jika aku meminjamkan uangku yang akan digunakan untuk keperluan maksiat? Itulah yang kupikirkan saat aku meminjamkan uang pada “na” dan “id”. Mengapa demikian? Ah tidak aku perlu aku jelaskan tapi itulah yang sebenarnya aku rasakan. Semua perasaan itu muncul saat dua orang itu mengutarakan maksudnya dan disandingkan dengan apa yang aku dengar dan aku lihat sendiri tentang mereka selama ini.

Kebodohankah?
Apakah aku bodoh melakukan hal yang sama berulang kali padahal aku tahu dia tidak akan membayarnya? Aku selalu berpikiran seperti itu. Hampir-hampir sudah kubulatkan tekad untuk tidak mau membantu mereka lagi. Namun semua berubah saat mereka sedang ngomong langsung perihal maksud mereka. Hati ini jadi luluh dan tidak tega kalau sampai tidak membantu mereka. Sejujurnya aku belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan atas apa yang mereka lakukan padaku, sekuat apapun aku mecoba, perasaan itu selalu muncul dengan mengganggu hati ini. Aku berharap apa yang mereka semua katakan tentang maksud dan tujuan peminjaman itu adalah benar dan uang itu digunakan sebagaimana mestinya dan memang jika tidak ada kemampuan membayar alangkah baiknya  untuk ngomong langsung ke saya supaya semuanya menjadi lebih jelas dan baik untuk kedua belah pihak. Saya  berharap saya tidaklah dipermainkan oleh mereka yang hanya memanfaatkan ketidaksanggupanku untuk menagih hutang-hutang itu.

Meminjam uang itu memang cara termudah untuk mendapatkan uang tapi jangan lupa kewajiban untuk membayarnya. Sangatlah tidak nyaman menjadi seorang yang hutangnya tidak dibayar dan aku merasakan semua itu, dan aku tidak ingin lagi melihat orang-orang yang dengan mudahnya melupakan hutang mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar