Untuk adekku yang sempat memberi
warna di hati kakak....
31 mei 2013
Sudah beberapa hari hati ini
terus terbayang perbuatan yang sudah kakak lakukan pada adek. Ada perasaan
menyesal mengakhiri hubungan ini dengan cara yang tidak sehat. Kakak sadar ini
semua salah kakak yang tidak menghubungi adek hingga beberapa lama waktu. Hati
kakak diselimuti rasa penyelesalan karena kakak tidak sempat mengungkapkan alasan
dibalik semua ini. Adek begitu baik, cantik, muda, energik, dari keluarga
berada dan juga penuh semangat. Adek selalu punya kisah untuk dibagi ke kakak.
Adek tidak pernah menunjukkan ketidaksukaan saat jalan bersama kakak. Sungguh
adek adalah calon istri yang benar-benar ideal untuk dijadikan sebagai calon menantu, itu
ucapan yang selalu kakak dengar dari ibu-ibu yang sering berinteraksi dengan
adek.
Sungguh kakak tak punya sedikit
pun keberanian untuk mengaungkapkan ini semua pada adek. Kakak tak sanggup
untuk mengatakannya secara langsung. Mungkin dengan merangkai tulisan ini kakak
ingin menyampaikan sesuatu tentang apa yang kakak rasakan.
Saat bertemu relasi, adek selalu
menperkenalkan kakak pada relasi adek itu. Adek selalu menyebut kakak sebagai
lulusan dari “Universitas A” sehingga
akan menimbulkan “komentar” dari orang yang mendengarkannya. Sebenarnya kakak
cukup risih saat adek menyampaikan pada semua orang tetang “kelebihan” kakak. Sungguh kakak benar-benar tidak tahu
motif dibalik adek melakukan semua ini. Lagi-lagi karena ketidakmampuan kakak
dalam menyampaikan pesan in, kakak jadi tidak bisa mengatakannya langsung pada
adek. Tapi tahu kah adek kalau sebenarnya kakak ini adalah seorang yang tidak
berada? Yang bisa kuliah disana tak lepas dari bantaun keluarga besar? Tahu kah
adek kalau kakak banyak kekurangan dibandingkan kelebihan kakak yang secuil
itu? Sungguh... dalam hati sebenarya kakak begitu minder saat bersanding dengan
adek. Dengan latar belakang ekonomi maupun agama yang kurang, kakak merasa
kurang pantas untuk disandingkan dengan adek. Maka dari itulah kakak memutuskan
untuk menjauhi adek secara perlahan-lahan dengan memudarkan komunikasi yang
sudah terjalin.
Adek sering cerita tentang mantan
adek, bagaimana hubungan kalian berjalan, bagaimana kemesraan kalian terjalin,
bagaimana dekatnya adek dengan keluargganya. Kakak tidak sepenuh hati
mendengarkan semuanya karena ada sedikit rasa cemburu dihati ini saat adek
menceritakan semuanya. Pada saat tertentu ditengah pembicaraan kita, selalu
adek sisipkan nama panggilan mesra mantan adek tersebut. Sungguh kakak tak
terima, teriak ku dalam hati. Mungkin sangat sulit bagi adek untuk melupakan
semua kenangan yang sudah terjalin bersamanya. Tapi tolong hormati perasaan
kakak yo dek ‘^^’
Ah... itulah sedikit pandangan
dangkal kakak tentang diri adek. Mungkin tak semua yang kakak rasakan tadi
benar bagi adek tapi perasaan yang benar-benar kakak rasakan. Selain itu, hal
yang tak kalah penting adalah kakak tak sanggup untuk melupkaann adek. Usaha yang
kakak lakukan untuk menjauh dari adek dengan cara memutuskan komunikasi terasa
sangat Sulit bagi kakak sendiri.
Kakak pasti sangat egois dimata adek. Pergi tanpa
memberikan penjelasan yang memadai.
Untuk adekku.. “bukan karena bertemu adek kakak menyesal, tapi karena
kakak kurang berani menyampaikan pendapat ini langsung ke adek” dari lubuk hati
yang paling dalam kakak benar-benar ingin minta maaf ke adek secara langsung.
Tapi lagi-lagi karena kekurangberanian ini, kakak hanya mampu menuliskan nya diblog
ini. Ini lah yang terbaik bagi kita. Bukan karena terlalu banyak perbedaan,
namun lebih karena perasaan tidak nyaman ini. Kakak berharap kita tetap sebagai
seorang kakak dan adek saja, tidak lebih dari itu.
Terimah kasih untuk kenangan
pendek yang sudah adek berikan. Benar-benar bermakna bagi kakak sebagai
pengalaman hidup. Jago diri adek baek-baek yo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar